Bedah Buku "Tigang Juru Lumajang" Kelamas

Kegiatan bedah buku merupakan acara tahunan yang dilaksanakan di program studi pendidikan sejarah.

Praktek Kuliah Lapang tahun 2013

Strategi pembelajaran dengan study tour ke beberapa tempat bersejarah nusantara.

Bedah Buku

"Tigang Juru Lumajang"

Candi Borobudur, Magelang, Yogyakarta

Situs warisan budaya nusantara yang diakui sebagai salah satu keajaiban dunia.

Napak Tilas Sejarah Gamelan di Keraton Yogyakarta.

Rabu, 04 Juni 2014

Video Lubang Buaya Jejak Keganasan PKI di Banyuwangi

Banyuwangi - Sudah dua tahun terakhir, Monumen Pancasila Jaya, Lubang Buaya di Dusun Krajan Desa Cemetuk Kecamatan Cluring, Banyuwangi, sepi kegiatan. Padahal tiap 30 September seperti hari ini, lokasi itu selalu ramai kegiatan. 
Di depan monumen itu kokoh berdiri patung Burung garuda. Di sisi kanan berdiri dinding pembatas setinggi 1,5 meter sepanjang 15 meter. Di dinding itu terdapat relief bertema sadisme yang dilakukan PKI. 
Setidaknya rekaman sejarah tergambar di relief mayat manusia yang diperlakuan bagai bangkai hewan buruan. Serta relief aksi sadisme yang tak kalah kejam lainnya. Memang, di tempat inilah 62 anggota Ansor dari Kecamatan Muncar dibantai secara licik dan sadis oleh PKI, pada tanggal 18 Oktober 1965. 
Konon mayat para pemuda tersebut dikubur di dalam tiga lubang yang berbeda. Dua lubang masing-masing berisi 10 mayat. Dan lubang ketiga berisi 42 mayat. Mereka dibunuh dengan cara diracun oleh anggota Gerakan wanita Indonesia (Gerwani). 
"Tiga lubang ini kuburan 62 pemuda Ansor. Sebab itu disebut sebagai lubang buaya," jelas tokoh pemuda setempat Sugiono Abdillah (36) saat menemani detiksurabaya.com masuk ke dalam areal lubang buaya, Rabu (30/9/2009). 
Abdillah tak dapat bercerita banyak tentang sejarah pembantaian yang dilakukan PKI. Ia hanya dapat menuturkan sepenggal cerita yang didapatnya sewaktu kecil dari para sesepuh Desa Cemetuk.
Menurut cerita, pembantaian itu sudah direncanakan oleh PKI secara licik. Mereka mengundang pemuda Ansor Muncar untuk menggelar pengajian bersama. Kedatangan para pemuda Ansor kala itu disambut anggota Gerwani yang menyaru sebagai Fatayat NU.
Ke-62 pemuda Ansor sekarat seusai menyantap hidangan beracun yang disuguhkan PKI. Sejurus kemudian, dengan membabi buta tubuh para pemuda Ansor dibantai dan ditumpuk dalam tiga lubang yang kini menjadi tetenger peristiwa tersebut.
"Setelah teler mereka dibantai dan dikubur di Cemetuk ini," tambah Abdillah.
Diceritakan juga ada beberapa pemuda Ansor yang berhasil menyelamatkan diri dan memberitahukan kejadian itu ke rekan-rekannya. Pembalasan pun dilakukan Ansor dan ormas Islam lainnya yang berakhir dengan runtuhnya PKI di Banyuwangi.

Selasa, 03 Juni 2014

Pemanfaatan Video Sebagai Media Pembelajaran untuk Meningkatkan Minat Belajar Siswa

Secara harfiah kata media berarti “perantara” atau “pengantar”. Association for Education and Communication Technology (AECT) mendefinisikan media yaitu segala sesuatu bentuk yang dipergunakan untuk suatu proses penyaluran informasi. Sedangkan Education Association (NEA) mendefinisikan sebagai benda yang dapat memanipulasikan, dilihat, didengar, dibaca atau dibicarakan beserta instrumen yang dipergunakan dengan baik dalam kegiatan belajar mengajar, dapat mempengaruhi efektifitas program instruksional (Asnawir dan Basyirudin Usman, 2002: 11), sehingga media mengandung pesan sebagai perangsang belajar dan dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa sehingga siswa tidak menjadi bosan dalam meraih tujuan-tujuan belajar.
Pembelajaran (instruction) adalah suatu usaha untuk membuat peserta didik belajar atau suatu kegiatan untuk membelajarkan peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran merupakan upaya menciptakan kondisi agar terjadi kegiatan belajar (Bambang Warsita, 2008: 85).
Proses pembelajaran memang sangat kompleks karena ada beberapa faktor yang berpengaruh di dalamnya. Dalam hal ini, salah satunya adalah proses transfer ilmu kepada peserta didik yang menjadi bahan pembaharuan secara kontinu. Suatu materi tidak dapat diserap secara sempurna oleh peserta didik apabila pesan yang disampaikan tidak dapat disajikan secara baik.
Dalam suatu proses belajar mengajar ada dua unsur penting yang saling berkaitan satu sama lain yaitu metode mengajar dan media pengajaran yang diterapkan. Pemilihan salah satu motode mengajar tertentu akan mempengaruhi jenis media pendidikan yang sesuai, meskipun masih ada yang harus diperhatikan dalam memilih media.
1.    Peran dan Keuntungan Media
Fungsi atau peranan media dalam proses belajar mengajar, diantaranya :
a.      Untuk membangkitkan motivasi dan minat;
b.     Untuk meningkatkan aktivitas siswa;
c.      Untuk memperjelas informasi yang disampaikan guru;
d.     Untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi penyampaian;
e.     Untuk menambah variasi teknik penyajian pelajaran;
f.      Untuk menambah pengertian nyata suatu informasi;
g.     Pendidikan akan lebih produktif, dapat memberikan pengalaman yang tidak diberikan oleh guru, merangsang sifat ingin tahu, dan membuka cakrawala yang lebih luas;
Dapat mendorong interaksi optimal antara siswa dan guru.
Tidak dapat dipungkiri bahwa pemanfaatan media dalam proses belajar mengajar memberikan andil yang besar oleh peserta didik. Prestasi peserta didik akan meningkat dalam suatu mata pelajaran apabila peserta didik tersebut memahami benar terhadap materi pelajaran yang dipelajari. Awal lahirnya peserta didik dalam menyukai suatu materi pelajaran adalah karena adanya motivasi, adanya dorongan yang membuat rasa senang peserta didik dalam mempelajari materi tersebut.
Hamalik, (1986: 43) mengemukakan bahwa pemakaian media pengajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan stimulan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Penggunaan media pengajaran pada tahap orientasi pengajaran akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi pelajaran pada saat itu (Azhar Arsyad, 2003: 15-16).
Retno Dwi Suyanti mengemukakan bahwa pengalaman belajar yang diperoleh siswa dapat melalui proses perbuatan atau mengalami sendiri apa yang dipelajari, proses mengamati dan mendengarkan melalui media tertentu dan mendengarkan melalui bahasa. Semakin konkret siswa mempelajari bahan pengajaran, maka semakin banyak pengalaman yang diperoleh siswa. Sebaliknya, semakin abstrak siswa memperoleh pengalaman, maka semakin sedikit pengalaman yang akan diperoleh siswa. Pada kelas eksperimen yang mana memanfaatkan media video sebagai media pembelajaran sebelum praktikum dilakukan, membuat kegiatan praktikum siswa lebih terarah (Dimyati dan Mujiono, 2006: 9).
2.  Pembelajaran IPS Menggunakan Video Film Walking White Caveman
Dari pembahasan materi menganalisis kehidupan awal masyarakat Indonesia, dapat disimpulkan bahwa karakteristik pembelajaran materi tersebut jika dibandingkan dengan materi lain adalah sebagai barikut :
a.         Ada perbedaan mendasar antara kehidupan awal dan kehidupan sekarang, baik dari sisi peradaban maupun budayanya.
b.        Kehidupan awal masyarakat Indonesia (zaman pra sejarah), memiliki makna yang penting terhadap perkembangan peradaban manusia secara umum dan perkembangan manusia secara khusus.
c.         Kehidupan pra sejarah yang berbeda diperlukan sesuatu yang dapat membangkitkan minat pada peserta didik untuk mempelajarinya. Hal tersebut dikarenakan beberapa hal, di antaranya bukti prasejarah yang sifatnya visual terbatas.
Umumnya media pembelajaran untuk materi menganalisis kehidupan awal masyarakat Indonesia, adalah media gambar saja. Sehingga diperlukan motivasi penumbuh minat yang lain.
Selain keterbatasan dari faktor materi di atas, keterbatasan pun muncul dari faktor lain yang dihadapi dalam proses belajar mengajar IPS sehingga menurunkan hasil belajar siswa, diantaranya :
a.         Rendahnya minat siswa, adapun untuk membangkitkan motivasi siswa tersebut diperlukan suatu pembelajaran yang menyenangkan. Di mana siswa tidak merasa bosan ketika proses pembelajaran berlangsung.
b.        Aktivitas siswa yang menurun, adapun untuk meningkatkan aktivitas siswa perlu melibatkan aktivitas siswa sehingga siswa tidak hanya mendengarkan materi yang disampaikan.
c.         Informasi yang disampaikan guru kurang jelas sehingga efektivitas serta efisiensi penyampaian rendah. Adapun untuk mengatasi hal tersebut siswa diajak untuk menulis kembali materi yang telah disampaikan sehingga informasi yang telah disampaikan oleh guru dapat tertangkap oleh siswa.
d.         Teknik penyajian pelajaran kurang bervariasi. Adapun untuk mengatasi keterbatasan tersebut siswa memerlukan penyajian yang berbeda dari sebelumnya sehingga pembelajaran tidak monoton. M isalkan dengan pemanfaatan media pembelajaran.
e.         Informasi yang disampaikan tidak disajikan secara konkret. Adapun solusi yang diambil adalah menyampaikan materi yang disertai dengan contoh atau disajikan dengan eksperimen.
Dari keterbatasan yang dihadapi baik dari faktor materi menganalisis kehidupan awal masyarakat Indonesia maupun dari faktor lain yang telah dipaparkan di atas, maka dalam penelitian ini mencoba memberikan pemecahan dalam pembelajaran pada materi tersebut. Sehingga materi yang disampaikan akan lebih mudah diserap oleh peserta didik dan pembelajaran akan menjadi pembelajaran yang berkualitas.
Penggunaan media video film Walking White Caveman dalam kegiatan pembelajaran yaitu untuk menjembatani keterbatasan, memicu keterlibatan peserta didik secara aktif dalam pembelajaran dengan media visual.
Film Walking White Caveman merupakan film yang mengisahkan dan menggambarkan kisah zaman prasejarah. Film yang telah diunggah lebih dari 1 juta orang melalui you tube tersebut, memberikan keyakinan mendasar, bagaimana gambaran visual kehidupan prasejarah. Jika media video mempunyai potensi yang besar jika di manfaatkan sebagai media pembelajaran dalam proses belajar mengajar, maka film Walking White Caveman juga demikian. Hal ini dikarenakan, media video film Walking White Caveman disajikan agar materi menganalisis kehidupan awal masyarakat Indonesia lebih menarik dan membuat suatu materi lebih konkret.
1.    Minat
Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu yang di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, maka semakin besar minat yang muncul. Suatu minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa anak didik lebih menyukai suatu hal daripada hal yang lainnya, dapat pula dimanifestasikan melalui aktivitas yang dikerjakannya.
Sebagai suatu cara pemecahan masalah, penggunaan video film Walking White Caveman, sangat tepat dengan alasan, bahwa film ini mengilustrasikan kehidupan prasejarah yang juga termasuk kehidupan awal masyarakat Indonesia, dan memberikan kegunaan seperti penggunaan audio visual dalam pembelajaran secara umum.
Kepustakaan:
1.     Arsyad, Azhar. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003
2.    Asnawir dan Basyirudin Usman. Media Pembelajaran. Jakarta: Ciputat Press, 2002
3.    Bahri Djamarah, Syaiful. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta, 2008
4.    Daryanto. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta, 2008
5.    Dimyati dan Mujiono. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta, 2006
6.    Warsita, Bambang. Teknologi Pembelajaran: Landasan dan Aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta, 2008
7. http://www.tuanguru.com/2012/03/pemanfaatan-video-sebagai-media-pembelajaran.html